ADAM dan HAWA
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

ADAM dan HAWA




















Allah berfirman: “Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka”. Maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: “Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui segala rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan? (Al-Baqarah: Ayat 33).
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Malaikat: “Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam”. Lalu mereka sekeliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir. (Al-Baqarah: Ayat 34).
Dan Kami berfirman: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu dalam Syurga, dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini; (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari golongan orang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah: Ayat 35).
Setelah itu maka Syaitan mengelincirkan mereka berdua dari Syurga itu dan menyebabkan mereka dikeluarkan dari nikmat yang mereka telah berada di dalamnya; dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebahagian dari kamu menjadi musuh kepada sebahagian yang lain; dan bagi kamu semua disediakan tempat kediaman di bumi, serta mendapat kesenangan hingga ke suatu masa (mati)“. (Al-Baqarah: Ayat 36).
Kemudian Nabi Adam menerima dari Tuhannya beberapa kalimat (kata-kata pengakuan taubat yang diamalkannya), lalu Allah menerima taubatnya; sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani. (Al-Baqarah: Ayat 37).
Allah berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari Syurga itu! Kemudian jika datang kepada kamu pertunjuk dari-Ku (melalui Rasul-rasul dan Kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka), maka sesiapa yang mengikuti pertunjuk-Ku itu niscaya tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita”. (Al-Baqarah: Ayat 38).
Dalam sejarah diungkapkan bahwa Nabi Adam dan Hawa diturunkan dari sorga ke dunia, jatuh pada tempat terpisah. Menurut riwayat, Adam di daerah pegunungan di India, sedangkan Hawa di sekitar Jeddah. Kedua tempat itu, kita lihat di peta, jaraknya sedemikian jauh. Membayangkan keadaan itu, rasanya mustahil keduanya akan ketemu, tanpa ada petunjuk dan pertolongan Allah swt.  
Tidak bisa dibayangkan apa yang dilakukan oleh keduanya. Di tempat yang terpisah masing-masing hidup sendirian, karena keduanya  adalah manusia pertama. Adam adalah manusia laki-laki pertama, dan demikian pula Hawa,  adalah manusia wanita pertama di dunia ini. Suasana seperti itu dialami hingga selama 500 tahun. Maka tidak bisa digambarkan, apa yang dilakukan oleh keduanya pada setiap hari,  selama waktu yang panjang itu.
Atas kasih sayang Allah, setelah melewati waktu hingga, ----menurut riwayat, tidak kurang dari 500 tahun tersebut, keduanya dipertemukan di satu tempat, yang sekarang ini, lokasi  itu disebut jabal rakhmah yang berada di Arafah. Tempat itu kemudian hingga sekarang pada setiap tanggal 9 dzul Hijjah digunakan untuk wukuf sebagai rangkaian ibadah haji. Bahkan haji itu sebenarnya adalah wukuf di Arafah itu.
Bagi  orang yang menghayati sejarah pertemuan Adam dan Hawa,dan sedang  berhaji, maka akan terbayang peristiwa dahsyat itu. Ialah peristiwa pertemuan di antara dua manusia pertama,  yang kemudian dari keduanya itu berkembang dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.
ADAM dan HAWA

Arafah Tempat Saling Mengenal

Padang Arafah di Makkah, Arab Saudi, tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Hawa setelah sekian lama terpisah setelah diturunkan dari surga. Bukit yang di lokasi mereka bertemu kemudian dinamakan Jabal Rahmah (Bukit Kasih Sayang).

Arafah berarti kenal atau tahu. mengandung makna bahwa jamaah haji yang berdiam di tempat tersebut diajak untuk memahami dan mengenali lebih dalam tentang dirinya sendiri, sebagaimana Nabi Adam dan Hawa yang mengenali diri mereka sebagai makhluk yang pernah mengundang murka Allah.


Orang yang wukuf di Arafah harus bisa mengerti dan mengenali diri sendiri. Hanya dengan mengenali diri sendiri kita akan sanggup mengenal siapa sesungguhnya Tuhan kita. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bisa mengenali diri sendiri sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Di tempat inilah khususnya jemaah haji dari seluruh dunia setiap tahunnya saling bertemu untuk melaksanakan salah satu rukun haji yaitu wukuf di padang Arafah. Arafah memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat islam, sebab ditempat inilah Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT tentang kesempurnaan agama islam 


Allah berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.s. Al-Maidah [5]:3)
Menurut sejumlah pendapat itulah wahyu terakhir. Yang dimaksudkan “pada hari ini” adalah hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyyah, pent.), yaitu hari Jumat pada haji wada’. Ayat yang mulia ini turun [1] ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang wukuf (berhenti) di Padang Arafah, pada waktu sore di hari itu. 
Ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengakui (mengetahui; ‘arafa) atas dosa-dosanya dan memohon ampun kepada Allah SWT. kemudian Adam dan Hawa telah mengetahui (arafa) akan kesalahan dan dosa-dosanya. Mereka juga diberitahu(yu’rafu) cara bertobat.
Ada pula kisah lain yang menyebutkan, saat Jibril memberi tahu Ibrahim cara menunaikan ibadah haji di tempat ini. Jibril bertanya: “Arafta (tahukah kamu?), ya Ibrahim,” Ibrahim menjawab: “Araftu (aku mengetahui).” Berdasarkan keterangan ini pula seluruh jemaah haji melaksanakan wukuf (berdiam diri) sebagai salah satu rukun dalam haji. Rasulullah SAW bersabda:“Al-Hajju ‘Arafah” (haji itu adalah arafah). Tidak sah haji seseorang, bila tidak melaksanakan wukuf di padang Arafah, termasuk orang yang sakit sekali pun saat menunaikan ibadah haji.

Di tempat ini dan saat pelaksanaan haji (wukuf), semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Tidak ada jabatan, pangkat, kedudukan, kaya, miskin, golongan atas maupun bawah. Semuanya sama di hadapan Allah SWT, dan hanya ketakwaan yang membedakannya. Pakaian mereka pun sama dan seragam, tidak ada bedanya antara kaya dan miskin, yang pangkatnya tinggi dan rendah. Tidak ada rasa sombong dan angkuh, semua merendah diri mengharap ampunan Ilahi.
           
Keutamaan Arafah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: “Doa yang paling afdhal (utama) adalah doa di hari arafah.”. dalam riwayat lain, Nabi bersabda: “Tidak ada hari yang paling banyaa\k Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka, kecuali hari arafah.”
  
Setelah wukuf, kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina sekitar 5 kilometer untuk melempar jumrah. Kemudian Thawaf ifadhah di Makkah, Sai’ (berlari kecil) dan tahallul (memotong rambut). Selesailah prosesi ibadah haji, mereka pulang dengan sebutan haji dan hajjah yang diterima (mabrur).
Konon, di tempat ini pula nantinya saat terjadi hari kiamat seluruh umat manusia akan dikumpulkan, yakni di padang Mahsyar. Mereka akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT atas segala perbuatannya selama di dunia.
Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment

 
Top